"Setiap tahun banyak sudah korban berjatuhan disetiap pendakian....takdirkah? atau karena ulah manusianya sendiri?" | ||
Berita duka datang silih berganti. Banyak rekan-rekan pendaki mengalami musibah maut dalam kegiatan alam bebas ini. Orang mungkin bisa saja mengatakan itu adalah 'takdir'. Ya...itu memang sudah kehendak Yang Maha Kuasa, tapi manusia juga ikut menentukan takdirnya sendiri. Adakah yang salah? Bila kita perhatikan gejala para pendaki lokal (memang tidak semuanya), mereka melakukan pendakian lebih banyak mengandalkan tenaga dan keberanian atau bisa dibilang nekat. Padahal dalam melakukan pendakian banyak hal yang perlu diperhatikan. Itulah mengapa ada yang dinamakan Manajemen Perjalanan/Pendakian. Segala sesuatunya harus diatur dan dianalisa. Walupun kita hanya melakukan pendakian biasa bukan sebuah expedisi. Namun Manajemen Perjalanan harus tetap diterapkan. Bahkan hal-hal kecilpun harus dipikirkan. Bila saja para pendaki memahami dasar-dasar manajemen perjalanan, maka akan semakin meminimalkal musibah dan korban kegiatan alam bebas ini. Kebanyakan korban yang jatuh akibat bahaya subjektif (dari diri sendiri). Ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang Manajemen Perjalanan dan teknik hidup di alam bebas. Dan satu hal yang juga penting adalah menjaga ahlak kita, bagaimana kita bersikap terhadap alam, karena kadang faktor 'X' pun bisa menjadi sebabnya. | ||
Perlengkapan Dasar | ||
Bahaya diPegunungan | ||
A. Perlengkapan Jalan (untuk medan gunung hutan) 1. Sepatu
Yang perlu diperhatikan : menyerap keringat. Gunanya :
Yang perlu diperhatikan :
Yang perlu diperhatikan :
Yang perlu diperhatikan :
Yang perlu diperhatikan :
7. Ikat Pinggang 8. Ransel / CarrierPilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat P3K, dll.
- Kompas, peta, penggaris segitiga, busur derajat, pensil, dll. 10. Lampu Senter
12. Pisau
C. Perlengkapan Masak dan Makan
Menyusun Perlengkapan Kedalam Ransel/carrier (Packing) Nyaman, efisien, selain secara langsung ditentukan oleh desain ransel, juga banyak dipengaruhi cara menyusun barang (packing) kedalam ransel.
Perencanaan Perbekalan Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan: a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai. b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya. c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar. d. Ringan, mudah didapat e. Murah Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
1. Hidrat arang 2. lemak 3. protein Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)
Jenis Bahan Makanan dan Macam Makanan Sumber kalori dari hidrat arang tiap 100 gram
Perlengkapan Perorangan : 1. Carrier / Ransel 2. Matras 3. Rain coat / ponco 4. Sleeping Bag 5. Perlengkapan makan & minun 6. Baju hangat / jaket + baju ganti (cadangan) 7. Sepatu gunung + kaos kaki cadangan 8. Senter (Baterai + bohlam cadangan) 9. Kupluk + topi rimba, sarung tangan 10. Obat-obatan pribadi 11. Kompas, webbing, tali 12. Logistik 13. Lilin 14. Pisau serba-guna / Victorinox Perlengkapan Team : 1. Tenda 2. Peralatan masak 3. P3K 4. Trash Bag 5. Golok Tebas |
Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi : a. Bahaya subyektif, disebabkan oleh orang yang mendaki gunung sendiri. b. Bahaya obyektif, disebabkan oleh gunung atau lapangan/alam itu sendiri. Dalam praktek tidak mungkin mengadakan perbedaan eksas (pasti), karena banyak terjadi bahaya yang obyektif dibandingkan dengan bahaya subyektif, apabila orang melakukan kesalahan dan tidak ingat akan bahaya tersebut. Barangsiapa sebelumnya mengetahui bahaya-bahaya yang obyektif seperti : 1. Kejatuhan batu 2. daerah-daerah yang berbahaya 3. petir 4. kabut 5. udara yang mendadak menjadi buruk Maka dia akan dapat menghindari (tidak tentu) bahaya-bahaya tersebut. Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan. Bahaya-bahaya yang subyektif seperti : 1. keadaan atau lemah badan dari orang yang akan mendaki 2. pengetahuan dan pengalaman yang kurang merupakan unsur-unsur yang lebih rumit. Dorongan hati untuk pegang peranan dan penyakit ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi orang lain, membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung. Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban. a. Batu yang jatuh dari gunung, merupakan ancaman bahaya besar. Hembusan angin yang kuat, hujan angin, menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga orang dan binatang, dapat menyebabkan batu-batu berjatuhan. Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan. Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar. b. Apa yang kita kerjakan kalau ada petir? Tempat-tempat khusus yang berbahaya bagi petir adalah :
Perlindungan yang terbaik dari sambaran petir ialah : mengurungkan untuk berjalan atau lebih awal pulang. Cuaca buruk jarang datang pada siang hari atau pada pagi hari. Pada waktu ada petir segera jongkok, duduk di atas tanah atau duduk diatas ransel atau tali yang sedang digulungkan dan menunggu sampai petir hilang. Jangan sekali-kali bersembunyi dalam gua, imbang/bersender pada dinding. Tempat-tempat itu sangat berbahaya, karena tanah yang meledak dan emosi. Kran air, kawat baja dan kawat berduri jangan sampai di sambar petir. Meskipun itu tidak secara langsung menarik logam, tetapi mengalirkan listrik (penghantar yang baik). c. K a b u t Kabut menimbulkan persoalan pada waktu kita mencari keterangan tentang tempat yang akan kita datangi. Kita harus membawa peta, kompas, meteran untuk mengukur tekanan udara. Pada waktu ada kabut tebal, kita harus percaya pada alat-alat kita itu. d. Udara mendadak menjadi buruk Keadaan udara yang mendadak menjadi buruk di pegunungan, harus mendapat perhatian yang serius. Pada perjalanan yang berat, kita mengambil resiko (kesempatan yang berbahaya) tentang udara yang mendadak menjadi buruk. Untuk perjalanan semacam itu, sebaiknya, menunggu cuaca yang baik. Menunggu yang sabar, pada waktu pulang, keberanian, kewaspadaan dan perasaan bertanggung jawab, merupakan syarat bagi pendaki gunung. Tanpa pertimbangan, begitu saja melakukan perjalanan, tidak lain hanya merupakan kebodohan saja. Barang siapa tidak mengenal bahaya, akan mejadi berani. |
0 komentar:
Posting Komentar